Gejolak ekonomi ini selalu muncul satu tahun setelah situasi ekonomi global mengalami tekanan. Dalam artikel ini, kami akan mengeksplorasi dampak situasi ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia menjelang pemilu 2024
Pada tahun-tahun pemilu sebelumnya, Indonesia selalu dihadapkan pada kondisi ekonomi global yang tidak menguntungkan. Misalnya, pada Pemilu 2009, terjadi krisis ekonomi global akibat subprime mortgage di AS, yang berdampak negatif pada pasar keuangan global dan mengakibatkan penurunan pertumbuhan PDB Indonesia dari 6,1 persen menjadi 4,5 persen. Tentunya penurunan ini sangat memberi dampak bagi perkembangan ekonomi Indonesia.
Dunia pernah mengalami gejolak taper tantrum yang diakibatkan dari kebijakan The Fed dimana dalam kondisi ini terjadi pengurangan pembelian aset oleh masyarakat, khususnya obligasi. Sehingga mengakibatkan aliran modal dicabut dari negara emerging market, termasuk Indonesia, dimana kondisi ini sangat mempengaruhi kondisi pasar keuangan. Kejadian ini terjadi pada setahun sebelum pemilu 2014.
Kemudian mengulang kembali di tahun 2019, saat Indonesia dihadapkan pada perang dagang antara China dan Amerika, dan memberi dampak penurunan harga komoditas. Sebaliknya tingkat konsumsi akan mengalami uptrend selama kampanye dan pemilu, membuat kondisi PDB Indonesia mengalami pelemahan karena situasi global yang terjadi.
Sebagian besar pakar ekonom tetapi memberi pandangan positif untuk gejolak ekonomi menjelang pemilu 2024. Pemilu kali ini memberi harapan Indonesia bertumbuh kearah lebih baik dari sebelumnya karena meningkatnya konsumsi rumah tangga dan bangkitnya ekonomi setelah pandemi.
Namun, satu tahun sebelumnya, dunia dihantui oleh ancaman resesi, dan dua bank AS mengalami kebangkrutan dalam satu minggu. Pengamat Ritel juga memprediksi bahwa pemilu akan meningkatkan konsumsi masyarakat di bawah tekanan ekonomi. Pemerintah menganggarkan dana untuk keperluan Pemilu 2024 sebesar Rp 21,86 triliun yang telah diputuskan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada dana APBN 2023.
Pemilihan presiden dan pemilihan umum di Indonesia yang dijadwalkan pada bulan Februari 2024 telah menjadi perhatian. Pengamat Ekonom melakukan penelitian terhadap tren ekonomi dan pasar Indonesia menjelang dan setelah pemilu. Berdasarkan analisa tim, pertumbuhan ekonomi cenderung melambat beberapa triwulan sebelum pemilu, kemudian pulih setelah pemilu. Investasi dan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah menguat setelah proses jajak pendapat selesai.
Konsumsi rumah tangga, yang berkontribusi lebih dari setengah dari pertumbuhan ekonomi total, cenderung meningkat menjelang pemilu dan kemudian stabil dengan penurunan kecil setelah pemilu.
Pemerintah juga cenderung melambatkan pengeluaran pada triwulan sebelum pemilu, kemudian meningkat setelah pemilu. Hal ini mungkin mencerminkan perubahan dalam alokasi pengeluaran yang dilakukan pemerintahan baru.
Meskipun ekonomi makro Indonesia saat ini dalam kondisi baik dengan pertumbuhan ekonomi yang positif, stabilitas inflasi, dan cadangan devisa yang kuat, tekanan global yang penuh ketidakpastian seperti pandemi Covid-19, konflik Rusia-Ukraina, dan ketegangan geopolitik antara Taiwan dan China harus tetap diantisipasi untuk menjaga stabilitas ekonomi dan politik.
Pola yang terlihat dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia adalah bahwa situasi ekonomi global yang tidak menguntungkan seringkali mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara ini. Hal ini mencakup penurunan pertumbuhan PDB, perubahan dalam konsumsi rumah tangga, dan fluktuasi pengeluaran pemerintah.
Meskipun saat ini ekonomi makro Indonesia dalam kondisi yang baik, ada ketidakpastian global yang perlu diantisipasi. Kestabilan ekonomi penting untuk menjaga stabilitas sosial dan politik menjelang pemilihan umum. Untuk stabilitas ekonomi pribadi dan rumah tangga dapatkan informasi lengkap disini
.
